SD Immersion menerapkan Sekolah yang berbasis Multiple Intelligences, Sistem ini secara tidak langsung mewajibkan suatu proses belajar mengajar yang menyenangkan, menarik, dan tidak memuat siswa bosan. Hal tersebut lah yang membuat kebanyakan guru perlu banting otak untuk mengaplikasikan suatu pembelajaran yang unik, menarik namun tidak membosankan. Bagi sebaian orang mungkin mereka akan bertanya. MI itu apa? Teori MI atau multiple intelligence dikembangkan pertama kali oleh howard gardner (1993) yang melawan teori klasik tentang IQ dimana perkembangan selama 100 tahun teori klasik cenderung tidak berubah. Perlu kita ingat mengacu pada Alfred Binet (1912) merancang suatu alat yang mengukur resiko kegagalan anak di sekolah. Dasar dari teori Binet ini dipegang sampai saat ini sebagai dasar dari pendekatan psikometri mengenai pengukuran kemampuan atau intelegensi. Semenjak itu muncul berbagai alat prediktif tentang kemampuan berupa ingatan, vebal, numerik dan urutan logika. Thurstone (1938) menyatakan intelegensi adalah kombinasi dari berbagai dimensi yang terdiri dari tujuh faktor yaitu verbal comprehension, word fluency, digit number, spatial visualization, associative memory, perceptual speed dan inductive reasoning.
Hemm sistem pembelajaran yang seperti ini, menarik dan kreatif sering menimbulkan pertanyaan bagi para guru... " Bagaimana agar pembelajaran menyenangkan dan menarik bagi siswa, padahal tiap siswa itu punya karakter yang berbeda??" Secara pengajaran formal tentulah dikatakan cukup membosankan. Seperti contohnya, buka buku halaman sekian.... kerjakan secara individu atau kelompok besok ulangan.... Mungkin secara kognitif ini mampu meningkatkan nilai siswa, tapi secara afektif, psikomotorik, dan pemahaman mungkin ini masih perlu dipertanyakan.
Pertanyaan pertanyaan seperti itu yang kemudian memunculkan motivasi motivasi untuk mengembangkan suatu sekolah dengan basic Multiple Intelegences yaitu sekolah yang bisa dikatakan memanusiakan manusia. Kenapa memanusiakan manusia? dikarenakan dengan basik sistem ini, para tenaga pengajar lebih mengharagai karakter dan sifat setiap siswa. Mereka akan lebih memahami bahwa setiap anak mempunyai kecerdasan berbeda. Dan tentunya mempunyai open brain yang berbeda pula.
Selain itu Sekolah berbasis Multiple Intelligence sangat menekankan pada proses belajarnya bukan mengajari. Kalau sekarang guru itu perannya mengajari, bisa menjadi beban berat dalam mengajar, sebab dari target tersebut adalah satu yaitu "bisa". Bisa dibayangkan kalau dalam satu kelas ada 2 murid, dan seorang guru harus membuat "bisa"ke semua murid itu "bisa" dengan akpasitas yang sama, sedangkan sifat dasar/karakter mereka berbeda-beda, akibatnya semakin beratlah tugas gurunya.
Didalam ilmu MI, tugas guru adalah merangsang anak dengan memberikan contoh-contoh dan melihat responnya terhadap contoh-contoh yang diberikan.
Artinya tidak harus semua anak itu menjadi 'bisa',namun guru cukup melihat respon mereka yang kemudian diobservasi untuk menunjukkan sesuatu hal sebenarnya sesuai dengan hasil yagn mereka capai.
alam sekoah berasis MI guru seakan memeberikan kesempatan kepada tiap anak dengan fokus pada bidang yagn diminatinya, atau sesuai dengan kecerdasan yagn dimilikinya. Kita menggunakan kecerdasan yang paling dominan untuk menentukan pemelajaran yang dapat menjadi fokus si anak diidk tersebut. Sebagai contoh seorang anak naturalis akan mudah open brainnya dengan gambar hewan, atau pembelajaran outdoor, anak musikal lebih mudah penyampaian materi ketika deperdengarkan suara musik. Hal - hal tersebutlah yagn kemudian mestimulasi otak anak didik sehingga merasa enjoy dan nyaman saat melakukan pembelajaran, mereka seakan ermain dalam dunia mereka namun mereka tak sadar bahwa sebenarnya mereka sedang belajar.
Bagaimanapun jua dunia anak adalah dunia yang sangat ajaib. Dunia penuh mimpi. Dan mimpi itulah yang akan menjadi toggak estafet di negeri ini. Tugas kita sebagai tenaga pengajar adalah mengarahkan mereka menuju mimpinya. Dan mimpi itu akan dicapai jika mereka lingkungan mereka mendukung apa yagn mereka kerjakan. Mengahrgai tiap karya siswa dan memperlakukan mereka selayaknya seorang manusia.
Jika suatu pepatah mengatakna Sekolah adalah tempatnya belajar, mungin itu pelu diluruskan. Karena tempat belajar bukan hanya dibalik bangku bangku yang diatasnya berisi buku dan pencil. Bukankah alam semesta itu adalah sebaik baikya pembelajaran.
Senin, 25 Juli 2011
MI School
Kamis, 07 Juli 2011
Ketua BPPT PGRI Ponorogo memberikan apresiasinya dalam acara Family’s day And Business Day.
Hasil produk karya siswa, tidak hanya mading bertuliskan “ Go Green” berbagai karya seni siswa clay, kendi, Buku komik siswa (kelas IV), buku pantun siswa (kelas IV), kumpulan gambar siswa (Kelas II), hiasan flanel, makanan , minuman dsb.
Langganan:
Postingan (Atom)